Kamis, 12 Februari 2015

Pengantar Pendidikan



HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGAN
MELALUI PENDIDIKAN

Keberadaan manusia dari sejak kelahirannya terus mengalami perubahan-perubahan, baik secara fisik maupun psikologis. Manusia yang merupakan makhluk hidup dengan akal budi memiliki potensi untuk terus melakukan pengembangan. Sifat pengembangan sifat pengembangan manusia menunjukan sisi dinamisnya, artinya perubahan terjadi terus menerus pada manusia. Tidak ada yang tidak berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Salah satu pengembangan manusia, yaitu melalui pendidikan.

Melalui pendidikan manusia berharap nilai-nilai  kemanusiaan diwariskan, bukan sekedar diwariskan melainkan menginternalisasi  dalam watak dan kepribadian.Nilai-nilai kemanusiaan menjadi penuntun manusia untuk hidup berdampingan dengan manusia lain. Upaya pendidikan melaui internalisasi  nilai-nilai kemanusiaan menunutun untuk manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia.

Kebutuhan akan pendidikan menjadi satu hal yang tidak terelakan pada setiap fase sejarah peradaban manusia. Pendapat  yang menyatakan bahwa pendidikan sangat  dibutuhkan menjadi  pendapat  setiap individu  dan masyarakat  disetiap  bangsa atau negara beradab. Melaui pemeikiran  dan perubahan  peradaban , manusia sepakat  bahwa pendidikan  itu penting, walaupun  dengan latar belakan dan carea pandang  berbeda dalam melihat  keutamaannya.

Russell (1993:1) menganggap walaupun pendidikan  merupakan  proposisi yang selalu  diperdebatkan  oleh  sebagaian orang  yang  penilaian-penilaiannya patut dihormati, mereka  yang  menentang pendidikan berbuat demikian berdasarkan  alasan bahwa pendidikan  tidak dapat  mencapai tujuan  yang dinyatakannya.

Kutipan dalam teks  dari  Meno yang ditulis oleh Plato (427-447 SM) mengatakan  bahwa pengetahuan  tentang tentang kebenaran  secara natural  sudah  ada dalam diri seseorang  sebelum  ia mampu  belajar  lwat pengalaman  dan observasi. Ide pokoknya  iala jiwa manusia sudah  lebih dullu ada dan berpadu  dengan forma-forma sebelelum ia dipersatukan dangen tubuh. Manusia  lalu  mengingat kembali  apa yang  diketahui oleh jiwa  mereka  pada awal  eksistensinya (Beoang, 1997: 42). Keyakinan Plato melahirkan  teori  yang kemudian  di sebut sebagai rasionalisme.

Berbeda dengan Plato, Aristoteles (384-322 SM) menyatakan  bahwa dunia eksternal merupakan landasan bagi  persepsi-persepsi indrawi manusia yang nanti pada gilirannya akan diinterprestasikan sebagai suatu yang  tepat dengan aturan-aturan  sendiri (konsisten, tidak berubah) oleh pikirannya (Schunk, 2012:8). Keyakinan Aristoteles melahirkan tewori  yang kemudian disebut sebagai empirisme.


Berdasarkan  pandangan-pandangan  tersebut kemudian lahir banyak  praktik  yang berbeda  tentang  pendidikan, sama seperti  banyaknya pandangan  yang  berbeda mengenai keberadaan dan sifat hakikat manusia.

Keberadaan dan sifat hakikat manusia  senantia menarik  untuk  dipelajari dan  digali dari berbagai  macam  sudut pandang disiplin  ilmu. Manusia yang  merupakan  makhluk  hidup  dengan  banyak aspek  yang melingkupinya  menjadi  sumber, kajian  terhadap  keberadaan dan sifat hakikat  manusia  dan hal tersebut dapat menjadi  pengangan hidup  manusia. Mengarungi kehiduppan yang berliku-liku akan menjadi lebih mudah  karena adanya pegangan hidup.

Jadi, ahkikat manusia  -berfikir- itulah yang semestinya  menjadi haluan  dalam bertindak. Sementara itu, sebagai sebuah  upaya penelitian  kegiatan ilmiah, usaha  Charles Darwin  tentu  saja  patut dipahami  sebagai  pemantik  penelitian-penelitian  ilmiah  setelahnya untuk terus  menggalai  dan mencari  kebenaran  tentang  manusia.

A.     DIMENSI MANUISA SEBAGAI  MAKHLUK INDIVIDU
Setiap manusia bersifat  unik –berbeda setiap individu-  sehingga  kecenderungan dan perhatian  terhadap  sesuatu  akan  berbeda. Karena  adanya individualitas itu, setiap  orang memiliki  aspek  kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat, dan  daya tahan yang berbeda(Thirtarahardja dan Sulo, 2005:17).

Selain hal tersebut,  terdapat  juga aspek-aspek individual yang  sifatnya cenderung  eksternal. Artinya, banyak melibatkan unsur-unsur luar dalam proses pembentukannya menjadi bagian  yang  melekat dalam individu. Aspek-aspek tersebut antara lain:
1)      Kematangan intelektual ;
2)      Kemampuan berbahasa;
3)      Latar belakang pengalaman;
4)      Cara atau gaya dalam  mempelajari sesuatu;
5)      Bakat dan minat; dan
6)      Kepribadian.

Sebagai makhluk  individual, manusia  mengalami  proses perkembangan kecakapan dalam  bentuk  sikap  dan perilaku  yang berlaku  dalam masyarakat. Sering  pula  potensi-potensi individual  manusia  digolongkan  menjadi dua, yaitu  potensi rohani (pikir, cipta, rasa, karsa, dan budi nurani) dan jasmani (pancaindra dan keterampilan-keterampilan). Memlui poroses sosial  yang terjadi dalam  pendidikan dan masyarakat, seseorang  dipengaruhi oleh lingkungan yang  terorganisasi, misalnya sekolah sehingga mampu  mencapai kecakapan sosial  dan mengembangkan pribadinya.

Tidak ada komentar:

 

Sample text

Sample Text

Sample Text




MURRY YADI HIDAYAT, ST
Web Disign & Development

 
Blogger Templates