Kamis, 12 Februari 2015

Manusia Sebagai Makhluk Sosial

DIMENSI MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL 

Manusia   memiliki  kemampuan  sosial berupa  kesadaran sosial  dan  pengelolaan  sosial yang  terus mengalami  perubahan-perubahan  sejalan  tumbuh –kembangnya  usia dan kedewasaan . kemampuan  sosial  menentukan  bagaimana  manusia mengelola hubungan, sedangkan kesadarab sosial  merupakan  kemampuan  merasakan emosi  orang lain,  memahami sudut pandang  mereka, dan berminat aktif  pada kekhawatiran  mereka. Sementara itu,  pengelolaan  sosial  merupakan  kemampuan  membimbing , memengaruhi, mengembangkan  orang  lain, pengelolaan  konflik, membangun  ikatan, dan kerja kelompok.
Tirtarahardja dan Sulo  (2005:19) mengatakan bahwa adanya  domensi  sosial pada diri manusia  jelas pada dorongan  untuk bergaul  pada diri manusia  tampak jelas pada dorongan  untuk bergaul, setiap  orang  ingin bertemu  dengan sesamanya. Betapa kuat dorongan  tersebut sehingga bila dipenjarakan, menjadi  hukuman  yang paling berat dirasakan manuisa  karena dengan  diasingkan  didalam penjara,  berarti  diputuskannya  dorongan  bergaul tersebut dengan mutlak.

Dimensi  manusia  sebagai  makhluk  sosial memperlihatkann,  bahwa keberadaannya saling terkait  satu sama lain. Didalam dimensi ini  terdapat  proses sosial dan  interaksi  sosial antarmanusia. Soekanto (2002: 60) menjelaskan bahwa proses sosial  adalah  pengaruh  timbal  balik  antara pelbagai  segi kehidupan  bersama. 


Sebagai makhluk sosial  manusia  memiliki  perilaku  dalam  menjalin  hubungan  dengan manusia  lainnya. Vembriarto (1990: 3) menyatakan bahwa perilaku  manusia tersebut  hanya  dapat  dimengerti  dari tujuan, cita-cita, atau nilai-nilai  ynag  dikejar. Perilaku sosial itu membangun  kepribadian manusia, yaitu memalui peranan-peranan  yang dilaksanakannya dalam  masyarakat. Peranan  tersebut menghasilkan  kebudayaan , yang sering  disebut juga warisan  sosial  manusia. Perilaku  sosial  manusia  itu merupakan  unsur dalam proses sosial, yaitu  proses yang dimiliki  bentuk  konflik, kerja sama,  sosialisasi, dan  sebagainya. Kristalisasi proses sosial  tersebut, karena pengaruh  kebudayaan, membentuk  struktur sosial, yaitu susunan iterest  peraturan harapan, dan  sebagainya yang  mengikuti  individu-individu masayrakat  untuk  bertindak kesatuan.

Terdapat tiga perpsektif dalam melihat dimensi  manusia sebagai  makhluk sosial. Tiga  perspektif tersebut, yaitu perspektif struktural  fungsional, perspektif konflik, dan perspektif interaksionisme simbolik (Martono, 2010: 20-32). Perspektif struktural fungsional  memperlihatkan  bahwa manusia-manusia sebagai masyarakat sebagai sebuah sistem  yang didalamnya  terdapat subsistem. Subsistem tersebut  memiliki fungsi masing-masing  yang  tidak  dapat  dipertukarkan satu  sama lain. Agar sistem masyarakat  dapat berjalan  stabil  (tidak  terjadi  perpecahan dalam masyarakat), susbsistem  tersebut harus  selalu ada dan selalu  menjalankan fungsinya.

Perspektif konfilk menekankan adanya  perbedaan  pada diri  individu  dalam mendukung  sistem sosial. Masyarakat terdiri individu-individu yang  masing-masing  memiliki berbagai  kebutuhan yang terbatas kemampuan individu  untuk memndapatkan  kebutuhan nya  berbeda-beda.  Oleh karena  itu,  setiap unsur dalam sistem  sosial memiliki  potensi  memunculkan konflik dalam masyarakat.
Perspektif interaksionisme simbolik berupaya memahami bagaimana individu memengaruhi  dan  dipengaruhi oleh  masyarakat. Perspektif ini berasumsi bahwa masyarakat  itu terdiri atas individu-individu yang mengalami proses sosialisasi  dan eksistensi, serta strukturnya tampak dan terbentuk  melalui interaksi sosial  yang  berlangsung diantara individu dalam masyarakat. Iteraksi sosial menurut perspektif ini merupakan bagian yang penting  dalam  masyarakat. 

Tidak ada komentar:

 

Sample text

Sample Text

Sample Text




MURRY YADI HIDAYAT, ST
Web Disign & Development

 
Blogger Templates