HAKIKAT PEPNDIDIKAN
Mengkaji hakikat pendidikan
akan memberikan landasan
yang kuat terhadap praktik pendidikan dalam upaya
memanusiakan manusia. Hakikat
pendidikan menjadi kokoh dan kuat untuk memuliakan manusia. Upaya dalam
praktik pendidikan perlu
mendasarkan diri pada hakikat pendidikan sebagai tiang penyangga.
Berbagai upaya dan
peralatan dilakukan manusia untuk
meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan hidupnya dengan jalan
menerapkan pengetahuan. Secara metodologis oleh Keraf dan Dua (2001: 18)
dinyatakan bahwa dalam gejala
terbentuknya pengetahuan manusia, dapat
dibedakan antara kutub si pengenal dan kutub yang dikenal, atau antara subjek dan objek. Kendati keduanya
dapat dibedakan secara jelas dan tegas, untuk
bisa terbentuknya pengetahuan, keduanya tidak bisa dipisahkan satu sama
lain. Supaya ada pengetahuan, keduanya
harus ada. Hal yang satu tidak bisa
dipisahkan satu sama lain. Keduanya merupakan suatu kesatuan asasi bagi terwujudnya pengetahuan manusia.
Manusia mendapatkan pengetahuan melalui sumber-sumber yang tersedia untuk memperolehnya. Sumber pengetuan tersebut
dapat dibedakan menjadi : (1)
rasionalisme yang bersumber dari ide,
apriori, solipsistik, subjektif, dan dedukatif; (2) empirisme yang yang bersumber dari fakta, objektif generalisasi, dan indukatif;
(3) intuisi yang bersumber pada gelaja
tiba-tiba, personal, dan tak bisa diramalkan; (4) wahyu merupakan petunjuk Tuhan dan mutlak; selain itu, terdapat sumber pengetahuan berikutnya : (5) metode ilmiah, yaitu
pengetahuan yang bersumber dari sifat ilmu ilmiah yang berjalan dari ragu ke percaya. Kajian teorinya
bersifat logika dedukatif, logika
matematik, dan koheren. Kajian empiris mengacu pada logika indukatif,
generalisasi, logika statistik, dan korespondensi.
Suriasumatri (1999: 2) menyatakan bahwa pada hakikatnya upaya
manusia dalam memperoleh pengetahuan didsarkan
pada tiga pokok masalah, yaitu sebagai berikut.
1. Apakah yang ingin
kita ketahui.
2. Bagaimana cara kita memperoleh pengathuan ?
3. Apakah nilai pengetahuan tersebut
bagi kita?
Hakikat pendidikan dapat dilacak melalui dua metode,
yaitu dengan mempelajari teori dan tokoh-tokohnya atau dengan melacak nya berdsarkan urutan-urutan sejarah pendidikan. Kalau
metode pertama adalah upaya yang memberikan uraian secara tersusun
tentang dasar, tujuan, lingkungan pendidikan, tokoh-tokohnya, dan
segala sesuatu yang ada sangkut pautnya dengan itu.
Pendidikan sering diterjemahkan orang
dengan paedagogie. Pada zaman Yunan Kuno, seorang anak yang
pergi dan pulang sekolah diantar seorang nelayan; pelayan tersebut biasa
disebut paedagogos, penuntun anak, disebut demikian karena
disamping mengantar dan
menjemput, juga berfungsoi sebagai
pengasuh anak tersebut dalam rumah tangga orang tuanya, sedangkan gurunya sendiri, yang
mengajar; pada Yunani kuno disebut governor. Governor sebagai guru tidak
mengajar secara klasikal seperti sekarang
melainkan individual (Muhadjir,
2000: 20).
Mudyhardjo (2012: 3) memberikan pengertian pendidikan ke dalam tiga
jangkauan, yaitu pengertian pendidikan
maha luas, yaitu pendidikan
adalah hidup . pendidikan
adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam
segala lingkungan dan sepanjang hidup.
Pendidikan adalah segala
situasi yang memengaruhi pertumbuhan individu.
Devinisi sempit, yaitu pendidikan adalah
sekolah. Pendidikan adalah pengajaran
yang diselengarakan disekolah
sebagai lembaga pendidikan formal.
Pendidikan adalah segala pengaruh
yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar
mempuynyai kemampuan yang sempurna dan
kesadaran penuh terhadap
hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.
Sementara itu, definisi
luas terbatas, yaitu pendidikan
adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung disekolah dan diluar sekolah
sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan
dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar